Sabtu, April 24, 2010

Abuse of Power

Jadi inget salah satu film terfavorit gw, yaitu 'lord of the ring' (LOTR) yang menceritakan kisah sembilan persekutuan penghuni middle earth (manusia, elf, dwarf, & tentu saja, hobbit) untuk menghancurkan cincin sauron di kawah gunung doom, tepat di pusat mordor.

Cincin yang dari awalnya direbut isildur dari jari sauron itu sendiri memang bukan cincin sembarangan, keistimewaannya adalah bisa membuat pemakainya mempunyai 'kekuatan' yang sangat luar biasa.


Entah berbeda apa ngga, gw pikir [atau lebih tepatnya persepsi gw dalam memaknai cerita LOTR], J.R.R. Tolkien sebenernya bermaksud menggambarkan bagaimana sifat manusia yang serakah.

Sedangkan cincin sauron gw asosiasikan sebagai 'Power' atau kekuasaan.

Kenapa power atau kekuasaan.?
karena sama halnya dengan cincin sauron, power itu membuat orang sangat tergoda untuk memilikinya. Namun power itu juga dapat membuat pemiliknya terlena untuk menyalahgunakannya..

Di film sendiri dikisahkan bagaimana cincin itu benar2 bisa 'membutakan' orang yang menginginkanya. Mulai dari boromir, faramir, gollum, frodo sendiri sebagai pembawa cincin, hingga gandalf yang sakti sekali pun pernah tergoda untuk menguasai cincin tersebut.

Kisah LOTR juga dimulai karena penyalahgunaan power oleh Isildur (anak dari Raja para manusia di Middle Earth). Seandainya aja cincin tersebut langsung dihancurkan selagi sempat maka ga perlu jatuh banyak korban.

----------------

Anyway, dalam kehidupan sehari-hari sih pernah beberapa kali nemuin apa yang disebut dengan 'abuse of power' alias penyalahgunaan wewenang.

Misalnya, gw sebagai staf yang duduk di bagian HRD punya salah satu tugas yaitu merekap absensi pegawai berdasarkan data dari mesin finger print.

Di kantor gw jam masuk itu 7.30 pagi dan jam pulang 17.00 sore. Telat atau pulang sebelum waktunya akan mengurangi tunjangan seorang pegawai sebesar 1,25% per satu kali terlambat/pulang sebelum waktu.

Kadang ketika gw selesai membuat laporan rekap, ada beberapa pegawai yang protes atau keberatan. Dan mereka minta agar data absennya dikoreksi dengan alasan 'lupa absen sore'.

Ada pegawai yg suka marah gara2 tunjangannya dipotong 1,25%. Padahal sesuai peraturan dari pusat, lupa absen merupakan bagian dari kelalaian pegawai.

Gw pun udah pernah konsultasi sama orang pusat tentang bagaimana kalo menghadapi kasus para pegawai lembur yang lupa absen agar diberi semacam toleransi. Tapi hasilnya adalah ditolak oleh mereka.

Oke, gw sosialisasikan kesemua pegawai (termasuk para trainer) mengenai peraturan tersebut.

Di kantor gw, Sebagai tempat training pegawai tentu memiliki banyak trainer, dan para trainer tuh sebagian dulunya adalah para mantan kepala kantor/mantan bos.

Rule is rule, and i'm just the ordinary staf who obey the rule they made.. any complains should be addressed to them (the policy maker)..

Inget ya? gw cuma staf alias pelaksana.

Eh ini malah ada trainer ngamuk pake sampe ngancem ngaduin gw ke big bos.?

what the heck..?

Bener2 deh..
gw pikir para trainer tuh harusnya smart..

gw sih keep smile aja kalo berhadapan dengan yang semacam itu. Tapi jujur, kadang emosi juga sih.. apalagi kalo udah maen power..

Pengen banget gw timpalin:

Screw you..!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar