Senin, September 10, 2012

Karena Pasar Tidak (akan) Pernah Efisien Sempurna

Ada sebuah hipotesis yang menyebutkan bahwa pasar selalu dalam keadaan efisien atau Efficient-Market Hypothesis (EMH). Dalam hipotesis ini disebutkan bahwa dalam pasar finansial yang terbuka (memiliki transparansi), dimana regulator mewajibkan setiap emiten untuk mengumumkan atau melaporkan setiap aksi korporasi hingga laporan keuangannya secara berkala, maka dengan itu semua pelaku pasar dianggap memliki informasi yang sama untuk selanjutnya digunakan dalam mengambil keputusan investasi.

Setelah beberapa bulan ini gw terjun langsung di pasar modal keknya gw ga sependapat dengan hipotesis pasar efisien tersebut. Bahkan di Bursa Efek Indonesia kita ini, banyak contoh yang bisa dijadiin pelajaran bagaimana pasar yang sebenarnya berjalan.

Sekali lagi gw bilang: "Pasar yang sebenarnya termanipulasi"

Pertama, walaupun otoritas bursa punya yang namanya kebijakan 'keterbukaan informasi' tapi tetep informasi ga akan terdistribusi sempurna. Ada insider yang bisa dapet informasi lebih dulu sebelum diumumkan ke khalayak umum, yang seperti ini keliatan misalnya waktu harga saham naik/turun drastis secara tiba-tiba. Dan setelah harga sudah agak stabil, baru beritanya keluar dan investor ritel awam pun sudah terlambat bergerak. Hal ini mengindikasikan bahwa pihak tertentu sudah memiliki informasi mengenai suatu emiten terlebih dahulu. contoh: saham bank danamon (BDMN) pernah naik drastis tiba2 dan setelah beberapa lama kemudian diketahui bahwa ada rencana akuisisi oleh DBS Singapura.

Siapa yang punya informasi lebih dulu punya advantages dibanding pelaku pasar lainnya secara umum.

Kemudian ada kalanya pihak2 tertentu menggunakan media massa, milis, forum, dan sebagainya untuk melakukan penyebaran informasi bohong, rumor, atau rekomendasi sesat untuk menjebak para investor / trader. Beberapa orang bilang kalo modus ini biasanya digunakan ketika 'Bandar' ingin menjual saham yang mereka miliki dalam jumlah besar.

(tapi di forum yang tepat lo bisa aja kenalan sama orang sekuritas dan kalo baik bisa dapet info2 yang bagus.. gw sendiri pernah dapet info (suka diplesetin sama anak kaskus jadi pangsit (asal katanya wangsit) dari kenalan yang kerja di salah satu perusahaan sekuritas asing.. hehe)

Sebenernya para market maker atau sering disebut Bandar ini punya trik macem2.. Dengan modal sangat2 besar mereka juga sering kali 'menggoreng' saham tertentu sehingga bergerak tidak wajar.. ujung2nya sih yang kejebak trader2 juga..

Bingung ga, kalo misalnya ada perusahaan yang kinerjanya jelek dan manajemen ga bagus tapi tiba2 naik drastis ga ada angin ga ada hujan..  kalo memang pasar bener2 efisien, perusahaan2 ini harusnya harganya ambles sesuai hukum purba ekonomi soal permintaan penawaran, dimana yang kinerjanya jelek akan ditinggalkan investor / trader karena mereka normalnya akan mikir bahwa ga ada untungnya dan ga akan mau beli.. tapi fakta berbicara lain..

emang ga sepenuhnya salah bandar, kadang tradernya juga serakah dan coba2 nyari untung dalam situasi kaya gini (bener2 spekulasi)..

Bandar atau mereka yang punya modal gede ini emang kadang2 bener powerful dalam mengatur harga saham. Contoh kasus saham Alam Sutera Realty Tbk. (ASRI). ASRI secara fundamental merupakan perusahaan yang bagus, Pada semester pertama 2012, PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) mencatatkan laba bersih periode berjalan naik 80% menjadi Rp523,37 miliar, dibandingkan semester pertama 2011 sebesar Rp289,92 miliar. Penjualan terpantau naik 57,88% menjadi Rp1,11 triliun dari semester pertama 2011 sebesar Rp706,39 miliar.

Kalo baca laporan keuangan kaya gitu apa yang ada di benak lo.?  menggiurkan bukan.?

Tapi sebelum beli sahamnya, kita cek dulu.. Price Earning Ratio (PER) = 9, dibanding perusahaan kompetitor kita anggap PER segitu lumayan murah di industri properti.. bandingin sama PT Sentul City Tbk (BKSL) yang punya PER = 27..

Kemudian kita analisis harga wajarnya.. menurut itung2an gw ASRI ini punya nilai wajar di harga 700 (ini aja growth nya udah gw kurang2in biar ga overestimated) sehingga dengan beli di harga 550 pun gw sebenernya punya Margin of Safety (MOS) sebesar 27% dari nilai potensialnya..

kenyataannya.?

Broker asing selama 2-3 bulan melakukan penjualan besar2an sama saham ASRI hingga harganya drop dibawah MA200 atau nilai support kuat nya. Yang megang saham ASRI rata2 panik pas harganya nyentuh 420, banyak dari mereka yang Cut Loss (CL) dan ada juga yang Average Down (beli lagi sehingga harga rata2nya jadi lebih rendah).

Apa mungkin ada berita / informasi insider tentang saham ASRI yang belum keluar.?
Sampai keluar Laporan Keuangan ternyata ASRI masih ok.. perusahaan masih profitable dan prospek pun bagus..

Untungnya dalam manajemen portofolio gw, risiko gw sebar dengan masuk ke beberapa saham lainnya yang punya kinerja lumayan.. porsi saham ASRI sedikit2 gw kurangin dan di switch (pindah) ke saham lain yang lebih 'normal'..

Secara total, dalam satu bulan terakhir portofolio gw jadi minus 0,75%..  Sebulan ini pun IHSG cenderung sideways (bergerak sempit dalam rentang tertentu) dikisaran 4000 - 4100.. bolak balik gitu aja..  
sebenernya kinerja porto gw ga jelek2 amat sih.. karena produk2 reksadana pun gw cek kinerjanya ga jauh beda.. Panin Dana Maksima contohnya return 1 bulannya minus 0,69%, sedangkan Schroder Dana Istimewa return nya minus 1,38%. malah kalo di reksadana campuran return rata2nya minus 3%.. cek http://investasi.kontan.co.id/news/return-reksadana-campuran-per-agustus-minus

manajemen risiko gw ga jelek2 amat kan ya.?

Komposisi saham gw sekarang udah berubah dimana gw nambah porsi saham yang sifatnya agak defensif..

Porsi terbesar sekarang ada produsen barang konsumsi contohnya Indofood (ICBP), kemudian di bidang industri pakan ternak ada Charoen Phokpand (CPIN)..

porsi menengah (medium) dari porto gw ada dari bidang properti.. gw kurangin porsinya Alam Sutera (ASRI) terus gw switch ke Bekasi Fajar Industrial Estate (BEST), sedangkan Lippo Cikarang (LPCK) masih tetep..
dibidang jasa/perdagangan ada Mitra Adi Perkasa (MAPI), dan di sektor infrastruktur ada Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP), di sektor agri ada London Sumatera Plantation (LSIP) yg masih nyangkut..
sedangkan di volume kecil ada beberapa saham yang sebagian besar adalah akun trading gw..  banyak diantaranya saham2 yang belom lama IPO tapi potensial, undervalued, atau at least punya prospek kedepannya..  *kode emiten gw rahasiain

Sebulan terakhir ini emang IHSG banyak dipengaruhi sama sentimen regional seperti penanganan krisis eropa yang penuh 'drama' dan terkesan berlarut2, Lambatnya pertumbuhan ekonomi Amerika yang dibayang2i juga dengan fiscal cliff, negara2 Asia seperti Jepang ekonominya diberitakan melambat.. Emerging country seperti China dan India pun kena imbas perlambatan ekonomi..

kalo kita liat chart IHSG sendiri masih ada peluang untuk tembus resisten dan lanjut rally sampe akhir tahun..  namun itu tadi, faktor eksternal sedikit banyak bisa mempengaruhi atau bahkan menentukan arah kedepan.

Harga komoditas CPO pun belum beranjak, sedangkan harga minyak dunia sendiri merambat naik.. komoditas pertanian harganya masih cukup tinggi dan ditambah adanya el nino (anomali iklim) yang diprediksi memperpanjang musim kemarau kedepan harus diantisipasi..

Dari dalam negeri, pemerintah kita lagi berupaya agar perekonomian tidak overheat tapi juga menjaga pertumbuhan ekonomi tetep di angka 6%.
kalo negara2 luar susah payah naikin pertumbuhan GDP dari jurang resesi ekonomi, kita justru berupaya  pertumbuhannya ga terlalu tinggi (overheat).. bahaya dari overheat ini adalah bisa memicu inflasi..

Di sisi moneter, BI menjaga tingkat acuan suku bunga di 5,75%. sedangkan Rupiah 'dibiarkan' melemah ke 9500an per USD.. melemahnya rupiah ditujukan agar mengerem impor dan membantu meningkatkan ekspor sehingga diharapkan defisit perdagangan kita bisa berkurang.. masih aman sih, BI punya banyak cadangan devisa kok buat stabilisasi nilai tukar rupiah..
Sektor konsumsi yang menyumbang 60% GDP dianggap berbahaya kalo ngga dikendalikan karena bisa bikin bubble asset..  dibuatlah regulasi DP 30% untuk pembelian properti dan kendaraan untuk lebih menyehatkan kredit konsumsi dan meminimalisir spekulasi..

Dari sisi pemerintah (fiskal), APBN yang 1500 triliun itu ternyata cuma 2% nya aja yang belanja modal (infrastruktur).. ini yang jelek.. APBN kita terlalu berat buat subsidi sama belanja pegawai.. bener2 ga efektif..

apa sih pentingnya belanja infrastruktur.?
belanja infrastruktur merupakan modal dasar pertumbuhan ekonomi yang sustainable atau berkelanjutan..

Contoh: karena didorong meningkatnya income kelas menengah membuat mobil dan motor bertebaran dijalanan, tapi karena ga didukung peningkatan infrastruktur maka menjadi pertumbuhan ekonomi yang ga berkualitas..
pertambahan panjang jalan ngga seberapa ditambah transportasi publik yang ancur membuat lalu lintas kaya neraka.. macet dimana2.. ekonomi keganggu.? tentu aja.. berapa waktu yang terbuang percuma dijalan.? kualitas hidup masyarakat pun berkurang..

contoh lain misalnya ketersediaan energi, ketika pertumbuhan ekonomi semakin tinggi dampak lainnya adalah meningkatnya kebutuhan energi.. industri2 baru yang didorong konsumsi domestik membutuhkan listrik.. apa jadinya kalo pemerintah ga bikin pembangkit2 listrik baru.?
pertumbuhan ekonomi nantinya terganggu..
Mengurangi subsidi sebenernya bagus tapi emang efek politisnya gede banget.. jadi keknya pemerintah ga berani ambil demi citra..  *kapan2 gw nulis perbandingan kebijakan energi di dunia deh..
sedangkan di bidang belanja pegawai sih denger2 mau ada kebijakan pensiun PNS diganti sama pesangon.. liat entar deh gimana jadinya..

Kalo dibandingin negara lain, secara makro, ekonomi kita sendiri bisa dibilang jauh lebih baik.. porsi utang dan defisit anggaran masih bisa dikontrol..  jadi masih bisa tetep optimis deh sama ekonomi kita..

akhir kata..

prinsip dalam investasi pasar modal, manajemen risiko lo adalah tameng lo menghadapi kejamnya pasar.. disini bener2 ga ada ampun buat yang lengah dan ga belajar..


1 komentar:

  1. sungguh menarik. Pikiran saya jadi sedikit lebih terbuka atas blog anda. thx

    BalasHapus