Minggu, Februari 07, 2010

Memburuknya Citra Perusahaan Jepang [Bag. 1]

Sumber: Associated Press Tokyo

Penarikan besar-besaran mobil Toyota di Amerika Serikat yang disebabkan oleh adanya cacat pada pedal gas terjadi hanya beberapa hari setelah maskapai penerbangan kebanggaan Jepang, Japan Airlines (JAL) mencatatkan kebangkrutan dengan terbebani hutang miliaran dolar.

Sony telah kehilangan posisinya sebagai pemimpin pasar produk 'gadget' oleh Apple Inc. Honda, produsen mobil No.2 di Jepang, menarik 646.000 unit mobilnya diseluruh dunia karena ditemukannya cacat pada tombol pengatur jendela.

Bersamaan dengan itu, reputasi Jepang sebagai penghasil produk berkualitas tinggi mulai terusik oleh Cina yang diperkirakan akan mengambil alih posisi sebagai ekonomi kedua terbesar dunia dan bangkitnya perusahaan2 Korea Selatan yang kini makin bersaing secara agresif.

Apa yang salah dengan raksasa ekonomi yang bangkit dari abu Perang Dunia II.?

Permasalahan yang dialami Toyota, Sony & JAL memang berbeda, namun para ahli mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan memiliki tema yang sama, yaitu: bahaya ekspansi global, kecenderungan mempertahankan status quo, dan memelihara rasa berpuas diri akan kesuksesan atau memiliki mental yakin bahwa mereka terlalu besar untuk gagal (too-big-to-fail mentality).

"Kesombongan dan kepuasaan diri turut andil, didorong pemikiran bahwa peringkat mereka sebagai produsen No.1 produk berkualitas tidak sedang dalam bahaya." ujar Kirby Daley, Chief Strategist pada Newedge Group, firma jasa finansial yang berpusat di Hongkong. Ia menambahkan:
"Krisis ekonomi global telah membantu mengekspos kelemahan2".

"mereka menawarkan produk yang sama bagusnya dengan produk buatan jepang dengan biaya yang amat rendah, sementara kualitas produk Jepang sedang mengalami penurunan". Ujar Shinichi Ichikawa, Chief Strategist pada bank investasi Credit Suisse.

Beberapa rival negara Asia, khususnya dibidang elektronik, sesungguhnya belajar dari perusahaan Jepang dalam mengembangkan pasar di suatu kawasan.

"Toyota, Sony, & lainnya berkompromi dengan kendali mutu seiring dengan usaha untuk mencapai target penjualan yang lebih besar", kata analis.

Toyota menerapkan praktek penggunaan 'part' yang sama untuk berbagai range modelnya, untuk menghemat biaya namun mendatangkan risiko bahwa kesalahan kecil produksi dapat menyebabkan kerugian besar pada perusahaan.

Selain itu, Toyota juga mengalami kesulitan dalam menjaga kualitas produknya seiring dengan penjualan global yang meningkat cepat, yaitu mencapai 8,9 juta unit kendaraan pada tahun 2008, saat berhasil menggeser General Motor sebagai produsen mobil terbesar di dunia. Para ahli menilai bahwa pertumbuhan Toyota melampaui kemampuan manajemen dalam mengantisipasi masalah yang berkembang.

Hasilnya: penarikan lebih dari 7 juta unit kendaraan di AS, Eropa, & Cina karena adanya masalah pada kendali percepatan & keset lantai, serta penangguhan penjualan dan produksi 8 model di AS, termasuk 'Camry' yang menjadi mobil paling laris di Amerika.

"Hal ini merupakan 'pukulan yang dahsyat' bagi Toyota karena identitasnya yang sangat dekat dihubungkan dengan kualitas, dan perusahaan terlihat lamban untuk menyadari masalah yang terjadi". Ujar Kenneth Grosberg, Profesor Marketing Universitas Waseda.

"Toyota adalah perusahaan dengan prinsip kecacatan nol (zero defect), bagaimana bisa kesalahan fatal seperti ini terjadi pada mereka? Hal ini telah menciderai prinsip operasi mereka sendiri."

Jauh kebelakang pada Maret 2007, Toyota mulai mendapat laporan bahwa pedal gas lambat untuk naik kembali setelah diinjak. Engineer Toyota telah memperbaiki masalah pada mobil jenis pick up 'Tundra' pada awal 2008, namun masalah tetap terjadi pada model2 lainnya. Akhirnya Toyota pun mengumumkan penarikan besar2an produknya.

Grosberg mengatakan bahwa masalah umum yang dihadapi perusahaan2 Jepang adalah 'Pemikiran Kelompok' yang menyulitkan individu untuk mengangkat suatu isu permasalahan.

"antara berakhir dengan respon yang datar & orang2 mengabaikannya atau akan menciptakan masalah bagi individu yang mengemukakan isu tersebut"

BERSAMBUNG...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar