Sabtu siang kemarin, selesai kuliah sosiologi gw bersama temen kantor (kuliah bareng2 juga di IPB) berkunjung ke Kost-an seorang kawan di daerah pondok cina, depok. Tujuan kita kesana yaitu untuk ngambil buku2 kuliah hibahan dia guna membantu kami (gw, windro, somat dan amri sebagai "mahasiswa ga modal".. :D) yang sedang berjuang untuk menjadi sarjana…
di kamar kosnya yang Totally Chaos dengan buku-buku yang berserakan dimana-mana, gw dan temen2 memilah-milah mana buku yang bisa gw bawa pulang sambil mendengarkan single2 Radiohead yang merupakan band favoritnya... [entah udah berapa juta kali lagu itu diputar berulang-ulang...]
Alhamdulillah…. Dengan menghibahkan buku bekasnya kepada kami, berarti satu batang pohon terselamatkan hidupnya dari ketamakan cukong2 kayu dan pabrik2 kertas….
"Beruntung gw bisa kenal dengan seorang kawan yang cerdas, nekat, dan juga berjiwa pemberontak"
Setidaknya itu adalah hal yang terlintas ketika gw mengingat sosok seorang kawan yang satu ini.
Sering gw mendengar orang2 yang berteori: bahwa untuk mengeluarkan segala potensi yang ada didalam diri demi mencapai sebuah kesuksesan dibutuhkan sebuah keberanian yang besar, sebuah keberanian yang benar-benar besar untuk meruntuhkan tebalnya dinding zona nyaman (Comfort Zone) yang membelenggu. Sedangkan comfort zone sendiri memiliki kekuatan yang luar biasa pula untuk membuat banyak orang (mungkin termasuk gw sendiri) terlena, mati dan tidak berkembang.
Teori yang memang terdengar sangat klise karena hampir setiap orang pasti pernah mendengarnya. Tapi sejujurnya, untuk melakukannya bukanlah perkara mudah. Seberapa banyak orang yang berani keluar dari zona nyaman-nya..?
Dari yang sedikit itu, mungkin kawan yang gw bilang tadi bisa dijadikan contoh sebagai pendobrak status quo comfort zone.
Gw ga akan sebut nama karena terkait privasi seseorang, yang jelas dia adalah senior gw dan sebelumnya bekerja di tempat dimana gw sekarang berkantor.
Di kantor sendiri, para pegawai umumnya menilai sosok kawan senior yang gw panggil 'Bang' ini dengan pribadi yang cerdas namun agak 'liar'. sebenernya gw ga habis pikir waktu diceritain mengenai catatan perilaku dia di masa2 sebelum gw masuk kantor (sebelum desember 2008), mungkin cuma dia satu-satunya pegawai level pelaksana (staf) yang berani berkonfrontasi langsung secara fisik dengan atasannya sendiri yang selama ini dia anggap mata duitan..
Hahaha… Geleng2 kepala deh gw pokoknya… bener2 Rebellious Civil Servant alias Pegawai Negeri Pemberontak.
Tapi akhirnya sekarang dia keluar dari pekerjaan pegawai negerinya.
Padahal kalo dipikir2 kesejahteraan yang didapat sebagai seorang pegawai departemen keuangan terbilang relatif cukup baik. Bayangkan, ada ribuan orang mendambakan untuk bisa diterima disini tapi dia malah justru meninggalkan pekerjaan ini.
Gw kira apa yang dia lakukan benar2 sangat nekat.. karena waktu keluar dari pegawai negeri pun dia tidak kerja di tempat lain seperti pada umumnya pegawai negeri lainnya yang kepincut bekerja di perusahaan2 besar dengan janji penghasilan yang lumayan.
Keberanian yang patut diacungi jempol….!!
Karena inilah langkah awal untuk keluar dari comfort zone dengan segenap keberanian menghadapi tantangan baru dengan segala risikonya…
beberapa hari yang lalu akhirnya dia menyelesaikan program sarjananya di Jurusan Manajemen Bisnis Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. tidak main-main, dia lulus dengan predikat sebagai "Lulusan Terbaik".
mungkin hal ini memang bukan kepastian bahwa kesuksesan sudah didepan matanya.... tapi gw yakin dengan semangat dan kemampuan yang dia miliki cuma soal waktu yang bisa menjawab kapan ketika waktunya sukses tiba..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar