view Gunung Sindoro dari Perkebunan Teh Tambi, Sigedang, Wonosobo |
Sebelumnya gw ucapkan dulu taqobbalallahu minna waminkum.. minal aidin wal faizin.. mohon maaf lahir batin.. :D :D
Tanggal 1 September kemarin, masih dengan suasana lebaran dan kebetulan sedang pulang kampung juga ke rumah mbah kakung dan mbah putri di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, gw sempatkan untuk jalan-jalan ke Gunung Sindoro.
Gunung Sindoro yang terletak di antara kabupaten Wonosobo dan Temanggung, Jawa Tengah memiliki ketinggian 3150 Meter dari atas permukaan laut atau gunung tertinggi ketiga di propinsi Jawa Tengah. Gunung Sindoro bersebelahan dengan Gunung Sumbing (3371 Mdpl) yang dipisahkan oleh lembahan yang merupakan jalur penghubung antara kabupaten Wonosobo dan Temanggung yaitu Kledung Pass.
Gunung Sindoro yang terletak di antara kabupaten Wonosobo dan Temanggung, Jawa Tengah memiliki ketinggian 3150 Meter dari atas permukaan laut atau gunung tertinggi ketiga di propinsi Jawa Tengah. Gunung Sindoro bersebelahan dengan Gunung Sumbing (3371 Mdpl) yang dipisahkan oleh lembahan yang merupakan jalur penghubung antara kabupaten Wonosobo dan Temanggung yaitu Kledung Pass.
Karena tujuan utama adalah mudik dan jalan2 ke gunung nya cuma 'sidetrip' aja maka gw juga ga bawa full perlengkapan pendakian. Niatnya sih mau one day hike alias tektok karena gw ga bawa tas carrier dan juga tenda.
Mas Wil, temen pendakian yang kebetulan lagi mudik juga ke Purbalingga akhirnya mau juga gw ajakin. Janjian ketemu di Kota Wonosobo, gw berangkat dari Banjarnegara jam 5.30 pagi. Naik bus yang di kaca depannya tertulis Purwokerto - Banjarnegara - Wonosobo, tapi yang bikin gw bingung adalah kondekturnya kok malah teriak2 Magelang.. Magelang.. haha.. aneh..
Bus melaju sangat kencang di jalan yang lengang dengan pemandangan sungai Serayu yang indah di sebelah kiri jalan. Sampai di meeting point jam 7 lebih sedikit. Kemudian kami naik bus menuju Dieng dan turun di depan Perkebunan Teh Tambi, Desa Sigedang, Wonosobo. Rencana Rute: Sigedang - Puncak Sindoro - Kledung.
Dari depan gapura perkebunan kita tadinya mau jalan kaki tapi kata tukang ojek yang mangkal disana, jalur pendakian masih jauh jadi mending naik ojek. Dengan menumpang ojek akhirnya sampai dan ternyata kita di tipu tukang ojek... jaraknya sebenernya tidak terlalu jauh..
dan tukang ojeknya juga bohongin kami dengan bilang bahwa masih ada warung di atas.. eh ternyata tidak ada sama sekali... sepertinya kami tidak diturunkan di tempat seharusnya.. karena kalo berdasarkan catatan perjalanan yang pernah gw baca harusnya naik ke jalur pendakian melewati sebuah desa, sedangkan ini kita langsung masuk perkebunan teh. :mad:
Start dari perkebunan cuaca sangat terik, berjalan menyusuri jalan setapak di tengah2 tanaman teh yang lumayan menanjak. Mas Wil yang kebetulan bawa perlengkapan full pack dengan tenda solo dll, berjalan agak melambat.. wajar aja sih, karena bobot yang dia bawa memang berat dibandingkan gw yang cuma bawa daypack atau tas ransel kecil sehingga bisa lebih leluasa jalan cepat.
Dua buah pondokan tempat penampungan sementara hasil panen teh dan pupuk, menjadi tempat yang enak untuk istirahat dari jemuran sinar matahari.. selain itu pemandangannya juga cukup indah..
Dua buah pondokan tempat penampungan sementara hasil panen teh dan pupuk, menjadi tempat yang enak untuk istirahat dari jemuran sinar matahari.. selain itu pemandangannya juga cukup indah..
mas Wil dengan carrier besarnya |
pondokan cocok untuk istirahat |
Dataran Tinggi Dieng di sebelah barat laut (northwest) perkebunan teh |
view Gunung Sindoro dari pondokan.. ajiiib.. |
Yang patut disayangkan adalah gundulnya hutan dan eksploitasi lahan menjadi perkebunan teh dan ladang penduduk membuat Gunung Sindoro kurang lestari. :( :(
Hampir 2/3 bagian gunung habis digunakan sebagai lahan perkebunan teh, ladang sayuran (kentang, kol/kubis, dll), dan juga ladang tembakau.
Lanjut perjalanan, memasuki kawasan hutan yang tanamannya di dominasi oleh tanaman lamtoro atau petai cina (leucaena leucocephala) dan cemara angin (casuarina junghuhniana) yang tidak terlalu tinggi.
Beberapa saat mengikuti jalur semak belukar dan tanda tebangan pohon membuat kami berpikir telah melalui jalur yang salah.. hingga akhirnya bertemu sebuah pohon besar di tempat yang terbuka kami beristirahat sebentar dan kembali ke trek sebenarnya yaitu berupa jalur setapak berbatu.
Mendekati puncak jalur bebatuan cukup terjal mirip jalur puncak Gunung Ciremai dari pos pengasinan. Di sini gw dan mas wil menemui jalur yang bercabang, gw lewat kiri dan mas wil lewat sebelah kanan. Kita yakin kedua jalur itu akan bertemu di puncak.
Setelah berjalan dari jam 9 pagi akhirnya gw sampai di puncak Gunung Sindoro pukul 14.30. Gw sholat dzuhur dan ashar di alun2 segara wedi yang berupa tanah datar yang luas mirip sebuah lapangan.
Kemudian gw mencari2 mas wil dengan mengitari alun2 segara wedi, kawasan edelweis dan cantigi, dan sekitar puncak tapi ga ketemu2. Karena gw ga bertemu seorang pendaki pun di puncak, kemudian gw jalan ke arah bibir kawah dan teriak dengan kode memanggil. eh ternyata suaranya menggema diantara tebing kawah.. gw tes lagi deh... kyuuu.. kyuuu.. kyuuu..
terus teriak lagi: posisi dimana mas.. mas.. mas.. hahaha... malah geli sendiri gw ketawa sendirian di kawah.. :hammer: :D
Nunggu lama mulai khawatir juga nih.. udah jam setengah 4 sore kok belom keliatan juga..
setelah gw pikir2, mungkin mas wil istirahat agak lama karena bawaan berat dan godaan buka logistik mungkin bikin istirahatnya lama di jalan. Setelah gw pikir ulang, yang harusnya di khawatirkan ya malahan kondisi gw sendiri yang lebih gawat..
Mas Wil sendiri udah sering jalan ke Gunung Sindoro, apalagi dia bawa tenda (kapasitas 1 orang) dan logistik full, sedangkan gw yang niat cuma tektok cuma bawa bawaan seadanya.. air minum aja cuma sebotol besar titipannya mas wil.
Hari semakin sore akhirnya gw putuskan untuk turun gunung duluan. Liat peta dan mulai mencari jalur menuju trek ke desa Kledung. Jalan melipir kawah akhirnya ketemu juga jalurnya dan bergegas turun supaya sampai bawah sebelum gelap.
Di kawasan batu tatah yang terlihat bekas ilalang terbakar gw bertemu dengan pendaki yang naik dari desa Kledung. Gw nitip pesen kalo nanti ketemu orang diatas tolong bilangin kalo gw turun duluan dan nunggu di basecamp. Jam 5 sore kabut mulai turun dan cahaya matahari mulai redup. Kondisi jalur berpasir dan licin membuat gw sempat terpeleset beberapa kali dan sol sepatu terlihat sedikit terbuka karenanya.
Sampai maghrib ternyata gw masih di dalam hutan yang agak lebih rimbun dibanding jalur perkebunan teh sigedang. Saat adzan gw duduk2 di sekitar di pos 1 dan bertemu dengan beberapa pendaki dari bekasi yang baru mau naik. Lanjut perjalanan dalam gelap gulita dan hanya mengandalkan cahaya dari head lamp.
Beberapa kali bagian belakang leher sempat merinding ketika lewat jalur tertutup tanaman yang mirip terowongan. Dengan seksama memperhatikan penunjuk arah agar tidak tersasar gw jalan konstan tanpa berhenti.
Ketika memasuki kawasan batas hutan dengan ladang gw mengalami pengalaman yang agak horor.. hehe..
tiba2 gw mendengar suara ting.. ting.. ting.. seperti suara gelas diketok sendok yang bunyinya kadang jauh terus mendekat dan menjauh lagi..
Kemudian gw yakin banget denger suara langkah kaki dibelakang.. padahal terakhir gw ketemu orang udah sekitar 15-20 menitan yang lalu.. dan arahnya pun keatas, ga ada yang turun selain gw.. mas wil pun ga akan sempet ngejar gw yang jaraknya mungkin 2-3 jam di belakang..
Tadinya sempet takut kalo itu penjahat atau tukang palak karena gw jalan sendiri.. eh lah kok malah inget malam jumat imajinasi di otak malah jadi mikir yg serem2.. eaaa.. baca2 ayat kursi dan jalan makin cepet.. hahaha.. :D :D suaranya pun ga lama kemudian hilang.
Akhirnya sampai juga di basecamp desa Kledung jam 7 kurang 15 menit.. Alhamdulillah.. :D
Mandi dan istirahat di basecamp..
jam 2 dini hari mas wil baru sampai dan ternyata dia ga buka camp diatas karena persediaan air cuma sedikit..
Jam 7 pagi kami pulang deh ke tempat masing2..
Atas trip lebaran ini gw ucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT atas lindungan keselamatannya
2. Mama dan semua keluarga di rumah mbah kakung dan mbah putri
3. Mas wil sebagai partner perjalanan
4. Temen2 di OANC Kaskus atas referensi catatan perjalanannya
Lain kali mesti kesini lagi nih.. karena kawahnya kemarin kering kerontang gara2 kemarau..
pokoknya seru dan berkesan banget deh Sindoro ini.. hahaha..
Beberapa saat mengikuti jalur semak belukar dan tanda tebangan pohon membuat kami berpikir telah melalui jalur yang salah.. hingga akhirnya bertemu sebuah pohon besar di tempat yang terbuka kami beristirahat sebentar dan kembali ke trek sebenarnya yaitu berupa jalur setapak berbatu.
lamtoro atau petai cina |
puncak sindoro sudah terlihat |
pohon besar tempat beristirahat |
Setelah berjalan dari jam 9 pagi akhirnya gw sampai di puncak Gunung Sindoro pukul 14.30. Gw sholat dzuhur dan ashar di alun2 segara wedi yang berupa tanah datar yang luas mirip sebuah lapangan.
alun2 segara wedi |
terus teriak lagi: posisi dimana mas.. mas.. mas.. hahaha... malah geli sendiri gw ketawa sendirian di kawah.. :hammer: :D
banyak cantigi dan edelweis |
kawah mati yang biasanya mirip danau jadi kering karena kemarau |
bukti foto biar ngga dibilang hoax.. haha. :P |
Nunggu lama mulai khawatir juga nih.. udah jam setengah 4 sore kok belom keliatan juga..
setelah gw pikir2, mungkin mas wil istirahat agak lama karena bawaan berat dan godaan buka logistik mungkin bikin istirahatnya lama di jalan. Setelah gw pikir ulang, yang harusnya di khawatirkan ya malahan kondisi gw sendiri yang lebih gawat..
Mas Wil sendiri udah sering jalan ke Gunung Sindoro, apalagi dia bawa tenda (kapasitas 1 orang) dan logistik full, sedangkan gw yang niat cuma tektok cuma bawa bawaan seadanya.. air minum aja cuma sebotol besar titipannya mas wil.
Hari semakin sore akhirnya gw putuskan untuk turun gunung duluan. Liat peta dan mulai mencari jalur menuju trek ke desa Kledung. Jalan melipir kawah akhirnya ketemu juga jalurnya dan bergegas turun supaya sampai bawah sebelum gelap.
Di kawasan batu tatah yang terlihat bekas ilalang terbakar gw bertemu dengan pendaki yang naik dari desa Kledung. Gw nitip pesen kalo nanti ketemu orang diatas tolong bilangin kalo gw turun duluan dan nunggu di basecamp. Jam 5 sore kabut mulai turun dan cahaya matahari mulai redup. Kondisi jalur berpasir dan licin membuat gw sempat terpeleset beberapa kali dan sol sepatu terlihat sedikit terbuka karenanya.
Sampai maghrib ternyata gw masih di dalam hutan yang agak lebih rimbun dibanding jalur perkebunan teh sigedang. Saat adzan gw duduk2 di sekitar di pos 1 dan bertemu dengan beberapa pendaki dari bekasi yang baru mau naik. Lanjut perjalanan dalam gelap gulita dan hanya mengandalkan cahaya dari head lamp.
Beberapa kali bagian belakang leher sempat merinding ketika lewat jalur tertutup tanaman yang mirip terowongan. Dengan seksama memperhatikan penunjuk arah agar tidak tersasar gw jalan konstan tanpa berhenti.
Ketika memasuki kawasan batas hutan dengan ladang gw mengalami pengalaman yang agak horor.. hehe..
tiba2 gw mendengar suara ting.. ting.. ting.. seperti suara gelas diketok sendok yang bunyinya kadang jauh terus mendekat dan menjauh lagi..
Kemudian gw yakin banget denger suara langkah kaki dibelakang.. padahal terakhir gw ketemu orang udah sekitar 15-20 menitan yang lalu.. dan arahnya pun keatas, ga ada yang turun selain gw.. mas wil pun ga akan sempet ngejar gw yang jaraknya mungkin 2-3 jam di belakang..
Tadinya sempet takut kalo itu penjahat atau tukang palak karena gw jalan sendiri.. eh lah kok malah inget malam jumat imajinasi di otak malah jadi mikir yg serem2.. eaaa.. baca2 ayat kursi dan jalan makin cepet.. hahaha.. :D :D suaranya pun ga lama kemudian hilang.
Akhirnya sampai juga di basecamp desa Kledung jam 7 kurang 15 menit.. Alhamdulillah.. :D
Mandi dan istirahat di basecamp..
jam 2 dini hari mas wil baru sampai dan ternyata dia ga buka camp diatas karena persediaan air cuma sedikit..
Jam 7 pagi kami pulang deh ke tempat masing2..
daun tembakau yang sedang dijemur dengan background Gn. Sindoro dari desa Kledung |
Gunung Sindoro |
Atas trip lebaran ini gw ucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT atas lindungan keselamatannya
2. Mama dan semua keluarga di rumah mbah kakung dan mbah putri
3. Mas wil sebagai partner perjalanan
4. Temen2 di OANC Kaskus atas referensi catatan perjalanannya
Lain kali mesti kesini lagi nih.. karena kawahnya kemarin kering kerontang gara2 kemarau..
pokoknya seru dan berkesan banget deh Sindoro ini.. hahaha..
fotonya keren-keren...
BalasHapusebetewe saya sudah dari sini, tapi ga sampe puncak, cuman sampe pos tiga..padahal sedikit lagi bisa sampe watu tatah...:D
thanks.. :)
BalasHapuswah sayang tuh kenapa ga dilanjutin naiknya sampe puncak..?
tandanya disuruh balik ke sindoro lagi tuh.. :D
Wah betul sekali fotonya keren-keren nih jadi menggoda..
BalasHapusOya mas fajar, lebaran kali ini mau naik lagi kah ke sana? Saya lagi nyari temen nih yg sudah pernah ke sana, tapi niatnya seperti yg ditulis mas fajar yaitu one day trip aja..
wah saya habis lebaran malah rencananya mau ke merbabu atau merapi.. hehe
BalasHapuskalo naiknya dari desa kledung mungkin bisa nyari barengan naiknya dari base camp.. soalnya yg naik dari kledung banyak banget..
kalo dari sigedang - wonosobo emang jarang yg lewat sana..
Oh sip deh mas, mudah2an nanti bisa ada barengan kalo dr kledung, hehe
HapusMakasih mas infonya :D
yo.. sama2.. :)
Hapus